Saat ini jamaah haji Indonesia secara bertahap kembali ke tanah air. Selain berbagai oleh-oleh yang dibawa, sebagian besar dari para jamaah haji ini juga mengalami batuk. Dari pengalaman sebelumnya, hampir 80 % jamaah akan mengalami batuk pada waktu di tanah suci. Bahkan batuk tersebut terbawa juga sampai ke tanah air. Bahkan ada joke, diantara para jamaah hanya unta yang tidak batuk. Sebenarnya, kenapa para jamaah tersebut mengalami batuk dan bahkan batuk tersebut terbawa sampai tanah air?
Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Pengurus Besar PAPDI Bidang Advokasi, Praktisi Klinis, dan Mantan Petugas Haji Reguler dan Haji Khusus menjelaskan, batuk dapat terjadi karena adanya rangsangan pada saluran pernapasan kita. Batuk juga bisa merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran pernafasan kita. Batuk yang terjadi bisa batuk produktif dengan banyak lendir atau dahak. Batuk bisa tanpa dahak atau batuk kering. Batuk yang terjadi juga bisa saja karena memang jamaah tersebut sudah mempunyai permasalahan paru-paru sebelumnya misal berupa Bronkitis, sinusitis atau Asma bronkiale yang memburuk saat berada di tanah suci.
Menurut dr. Ari Fahrial Syam, Rangsangan yang menyebabkan batuk dapat terjadi karena berbagai hal karena adanya iritasi pada saluran pernafasan atas tersebut. Ini juga bisa terjadi karena adanya infeksi (virus, bakteri atau jamur) atau hanya reaksi alergi misal karena debu, atau karena asap. Atau karena memang adanya rangsangan dari asam lambung yang naik ke atas yang merangsang ke tenggorokan tersebut.
“Kita mengetahui bahwa memang ada perbedaan cuaca antara cuaca di tanah suci dan cuaca di Indonesia. Kelembaban udara di tanah suci yang rendah dan udara kering dan panas. Hal ini akan mencetuskan terjadinya iritasi pada saluran pernafasan atas. Apalagi kalau para jamaah kurang minum. Selain itu aktifitas jamaah yang sering melakukan zikir dan berdoa yang kadang-kadang dilafazkan sehingga juga bisa membuat tenggorokan bertambah kering. Selain batuk maka kondisi ini juga bisa membuat peradangan pada pita suara sehingga para jamaah yang mengalami kondisi tersebut suaranya menjadi serak,” dr. Ari Fahrial Syam.
Bicara soal makanan umumnya makanan yang tersedia selama di tanah suci adalah memang makanan tinggi lemak dan berminyak sehingga menambah resiko menyebabkan iritasi lambung. Kelelahan memperberat tenggorokan yang telah mengalami iritasi tersebut mengalami infeksi. Lemak yang berlebihan yang dikonsumsi di tanah suci juga akan menyebabkan pengosongan lambung menjadi terlambat, dan akhirnya akan mencetuskan terjadinya refluks, yaitu berbalik arahnya isi dan asam lambung naik ke atas sampai ke kerongkongan dan berlanjut sampai ke tenggorokan.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana mensiasati batuk setelah sampai di tanah air? Karena sebagian besar jamaah masih mengalami batuk sampai saat di bumi Indonesia. Kondisi ini akan diperberat karena para jamaah juga biasanya tidak bisa beristirahat dengan baik sesampainya di tanah air. Sanak keluarga akan menyambangi para jamaah haji tersebut untuk mendengar berbagai cerita, dan tentu kadangkala hal ini akan memperburuk batuk yang terjadi.
Dokter Ari Fahrial Syam menyarankan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk tersebut adalah: usahakan istirahat yang cukup, banyak minum air putih terutama air hangat, menghindari makanan yang berminyak, terlalu manis dan dingin. Selain itu juga mengurangi makanan yang berlemak. Jika gangguan batuk berlanjut, sebaiknya berobat ke dokter. Apalagi kalau batuk sudah lebih dari 2 minggu setelah diobati sebaiknya perlu pemeriksaan Foto thoraks (foto dada) untuk menilai kondisi paru-paru. Nanti dokter akan menilai apakah batuk yang dialami saat ini disebabkan oleh infeksi atau hanya alergi atau karena asam lambung berlebih.
Pengobatan yang diberikan tentu disesuaikan dengan penyebab dari kondisi batuk tersebut. Jika batuk karena infeksi perlu antibiotika, jika karena ada unsur alergi perlu obat anti alergi, jika batuk karena sakit kronis (seperti bronchitis, sinusitis, asma bronkiale) yang kambuh, maka penyakit dasarnya harus diobati. Dan jika karena asam lambung yang berlebih perlu obat-obat penekan asam lambung. Walaupun tampaknya sederhana batuk yang tetap terbawa sampai di tanah air ini harus dievaluasi jika berlanjut.
Selain itu, para jamaah akan kembali ke kehidupan normal setelah berada di tanah air dengan aktifitas rutin yang bermacam-macam. Oleh karena itu faktor kesehatan menjadi hal utama untuk diperhatikan. Apalagi bisa saja pekerjaan yang harus diselesaikan sangat bertumpuk mengingat sebagian pekerjaan tersebut ditinggalkan selama para jamaah tersebut berangkat ke tanah suci. /**
Resep Obat Batuk Tradisional
Di sekitar kita, ternyata banyak sekali bahan-bahan yang bisa digunakan untuk mengobati batuk. Diantaranya jahe, jeruk nipis, kapulaga, kayu putih, dll. Di bawah ini resepnya.
1. Asam jawa dan gula merah
Bahan: 10 gram daging buah asam jawa, gula merah secukupnya, dan air panas sebanyak satu gelas. Cara pengobatan: Daging buah asam jawa diseduh dengan segelas air panas, kemudian ditambahkan gula merah secukupnya. Minum ramuan tersebut sewaktu masih hangat.
2. Cabe jawa dan madu
Bahan: 6 gram buah cabe jawa kering, madu secukupnya. Cara pengobatan: Cabe jawa kering ditumbuk hingga halus, kemudian diminum bersama dengan satu sendok makan madu satu kali sehari. Lakukan pengobatan ini secara rutin sampai batuk sembuh.
3. Ramuan jeruk nipis
Bahan: 1 buah jeruk nipis, kapur sirih secukupnya dan gula batu juga secukupnya. Cara pengobatan: Buah jeruk nipis dibelah menjadi dua bagian. Bagian yang terbelah dibalur dengan kapur sirih, lalu diamkan beberapa saat. Setelah itu, kulit luar dibakar sampai berbuih. Air jeruk diperas, lalu tambahkan gula batu. Setelah tercampur rata, air perasan tersebut lalu diminum.
4. Buah kapulaga
Buah kapulaga atau disebut kapol, ternyata juga berkhasiat untuk mengobati batuk. Caranya, ambil 5 butir buah kapulaga dan satu gelas air bersih. Buah kapulaga dicuci bersih, kemudian direbus dengan satu gelas air hingga mendidih. Minum air rebusan kapulaga tersebut selagi masih hangat.
5. Daun kayu putih
Tanaman kayu putih biasanya diambil minyaknya untuk digunakan sebagai minyak telon yang sifatnya menghangatkan. Namun ternyata daun kayu putih juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit batuk. Caranya, rebus 10-15 gram daun kayu putih dalam tiga gelas air hingga tersisa satu gelas. Kemudian airnya diminum sekaligus selagi masih hangat.
6. Cara mengobati batuk kering
Batuk kering adalah batuk yang terjadi tanpa disertai dahak atau riak dan tanpa sekresi pada saluran napas. Akibatnya, terjadi iritasi pada saluran tenggorokan dan timbul rasa sakit.
Umbi bidara upas: Caranya ambil umbi bidara upas sebanyak satu jari saja. Kemudian dipotong-potong tipis, lalu dikunyah dan telan airnya. Sementara ampasnya dibuang.
Jahe merah: Caranya, seperti umbi bidara upas, yaitu dengan dikunyah kemudian airnya ditelan sementara ampasnya dibuang.
7. Cara mengobati batuk berdahak
Batuk berdahak disebabkan oleh adanya peradangan pada lapisan lendir saluran pernapasan. Ada batuk berdahak akut karena infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus, misalnya tubercolosa, influenza, dan campak. Berikut ini ramuan tradisional untuk menyembuhkannya:
Bahan: Air jahe 2 sendok makan, Air kunyit 2 sendok makan, Perasan air satu buah jeruk nipis, Madu asli satu 1 sendok makan.
Cara pengobatan: Parut jahe dan kunyit lalu campurkan dengan sedikit air dan saring untuk menghasilkan air jahe atau kunyit. Peras 1 buah jeruk nipis dan saring ke dalam gelas, lalu campurkan 2 sendok makan air jahe dan kunyit, serta 1 sendok madu asli. Minum ramuan tersebut setiap hari./**