Jakarta (6/10) – Abaikan Sosial Ekonomi, Efek Covid-19 Kian Berbahaya, Ini Solusinya Jakarta (28/9). Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, terutama dalam bidang sosial ekonomi mampu menciptakan krisis. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pada akhir September, Indonesia masuk jurang resesi.
Kementerian Keuangan, menurutnya, telah melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia. Untuk tahun 2020 secara keseluruhan, perekonomian Indonesia menjadi minus 1,7 persen hingga 0,6 persen. Bahkan pada Juni lalu, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memprediksi Pandemi Covid-19 menyebabkan 6 juta lebih tenaga kerja akan mengalami PHK.
Pj Ketua Umum DPP LDII, Chriswanto Santoso mengatakan, imbas Covid-19 adalah menurunnya kesejahteraan masyarakat, “Masalah ini juga harus menjadi perhatian semua pihak. Kepedulian sosial bisa menjadi salah satu solusi tepat,” ujar Chriswanto Santoso.
Menurutnya, Covid-19 ini mendorong munculnya kembali modal sosial bangsa yang terpendam, berupa gotong-royong, “Bila gotong-royong pada kota-kota besar memudar, kini saatnya menggali kembali. Kita bangsa besar yang khas. Modal dan ikatan sosial berupa gotong royong dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat, itu menjadi solusi terbaik kala warga yang lain terpuruk akibat pandemi,” imbuhnya.
Menurutnya, perhatian dan dukungan keluarga dan lingkungan, bisa menjadi salah satu faktor penyembuh yang besar. Saling bantu antartetangga misalnya, dengan memberi bantuan sembako bagi warga yang menjalani isolasi mandiri. Hal tersebut merupakan langkah sederhana, namun memiliki imbas besar bagi pasien. Gotong-royong ini juga sudah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat, “Saat Madinah mengalami kemarau panjang selama setahun, dan kota Madinah menjadi tujuan pengungsi dari berbagai wilayah di sekitarnya, semangat gotong-royong ditumbuhkan Khalifah Umar bin Khattab,” ujar Chriswanto Santoso.
Saat itu, Syaidina Umar bin Khattab memerintahkan satu warga Madinah membantu satu pengungsi. Dengan begitu, Masjid Nabawi yang penuh pengungsi bisa ditampung di rumah-rumah warga. Dan masalah kelaparan dan rumah tinggal teratasi dengan gotong-royong tersebut, “Tentu dengan pandemi, kepedulian sosial ini jadi sangat penting,” imbuh Chriswanto.
Senada dengan Chriswanto Santoso, Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi yang juga Wakil Sekretaris Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat (KPEU) MUI Pusat, mengatakan kepedulian sosial menjadi faktor kunci pengendali resesi ekonomi nasional yang menimpa keluarga, “Imbas Covid-19 bukan hanya pada mereka yang terpapar, namun juga mereka yang sehat pada sisi sosial ekonomi,” ujar Ardito yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Yogyakarta. “Ada empat hal yang dilakukan Umar bin Khattab dalam menangani wabah,” ujarnya.
Pertama, Khalifah Umar bin Khattab membentuk tim khusus, yang mendata korban yang terdampak langsung atau terinfeksi dan mendata korban tak langsung, yakni mereka yang terimbas secara ekonomi, “Data-data itu dilaporkan setiap hari.
Kedua, Umar bin Khattab memutus hubungan desa atau wilayah yang kena wabah dengan wilayah lain atau lockdown.
Ketiga, ia membangun pusat-pusat karantina, dengan mengisolasi warga di pegunungan yang hawanya relatif bersih dan jauh dari permukiman warga, “Keempat, wilayah-wilayah yang tak terkena wabah diminta untuk mendistribusikan bantuan,”tandasnya. “Prinsipnya, Khalifah meminta suatu wilayah yang sumberdayanya surplus dialihkan ke wilayah lain yang kena musibah,” ujarnya.
Kelima, dalam jangka pendek, Umar bin Khattab membangun ketahanan pangan dengan membuka jalur-jalur distribusi pangan. Kerja sama perdagangan pangan juga dilakukan dengan negara-negara di luar Hijaz.
Sementara untuk jangka menengah, Umar bin Khattab menghidupkan lahan-lahan tidur dengan membangun pertanian, dengan menanaminya kembali. Catatan khusus, Umar dan para pembantunya sangat cakap dalam membangun irigasi.
Oleh: Rully Sapujagad (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)