oleh: Ustadz Aceng Karimullah
Assalamu ‘alaikum, Pak Ustadz.
Saya mau bertanya. Terkadang saya suka merasa gelisah, padahal keluarga dan teman-teman ada bersama saya. Gelisahnya itu entah kenapa, tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Hal ini sudah lama saya alami.
Menurut Bapak kenapa hal itu bisa terjadi dengan saya ya ? Apakah hal semacam itu biasa terjadi pada setiap orang ataukah seperti apa ? Terimakasih, Pak.
Nona, ibukota.
Wa ’alaikumus-salaam warohmatullohi wabarokatuh.
Nona yang saya hormati, dalam kehidupan di dunia dengan berbagai persoalan yang kita hadapi, adalah lumrah kalau orang jadi galau. Tapi kalau galaunya berkepanjangan, akan menjadi penyakit dalam hidup kita yang akan menjadikan kita jadi susah untuk “move on”. Maka lebih baik kalau kita bahas saja resep-resep anti galau sebagai berikut:
DZIKIR
Ada satu firman Alloh dalam surah ar-Ro’d ayat 28 yang berbunyi:
“(yaitu) orang-orang beriman yang hati mereka tenteram dengan dzikir pada Alloh. Ketahuilah bahwa dengan dzikir pada Alloh hati akan merasa tenteram”.
Dari ayat ini kita mestinya bisa mawas diri bahwa kalau kita sering galau, bisa jadi karena kita kurang dzikir. Karena bagi yang sudah membiasakan dzikir, Alloh menjanjikan baginya ketenteraman hati alias tidak galau.
ISTIGFAR
Apa yang harus kita baca? Memang banyak macam kalimat dzikir yang bisa kita baca, diantaranya adalah istigfar.
Salah satu sabda Rasululloh SAW dalam hal keutamaan istigfar adalah: “Barangsiapa yang membiasakan membaca istigfar maka Alloh akan:
• memberinya jalan keluar dari setiap problema hidup yang dia hadapi,
• memberinya kemudahan dari segala kesulitan hidupnya,
• memberinya rejeki dari sumber atau arah yang dia tidak duga sebelumnya”.(HR Ibnu Majah).
Jadi hikmah dari istigfar pun, selain sebagai penghapus dosa, juga adalah sebagai penghilang galau.
TAHLIL dan TASBIH
Di surah al-Anbiya’ ayat 87 – 88 Alloh menceritakan:
“dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi sambil marah-marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia menyeru dalam kegelapan [*]: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim”.
“Maka Kami mengabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan, dan seperti itulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
[*] Yang dimaksud dengan “dalam kegelapan” ialah di dalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
Maka kita pun bisa membaca tahlil dan tasbihnya Nabi Yunus ini untuk menghilangkan kegalauan: “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin”.
ISTIQOMAH
Di dalam surah Fushshilat ayat 30 – 31 Alloh berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan Kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih; dan gembiralah dengan sorga yang telah dijanjikan pada kalian”.
Kamilah (Alloh) kekasih pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan bagi kalian di dalamnya apa yang kalian minta.
Sikap istiqomah, teguh pendirian, konsekwen dan konsisten, “tetap menetapi” peraturan-peraturan Alloh,mestinya membawa kita pada kehidupan yang gembira dan tidak galau. Apalagi Alloh menjadi kekasih pelindung kita. Bukankah tidak ada yang lebih baik dari pada itu?
TAHMID
Rasulullah SAW pernah menyabdakan: “Aku kagum dengan sikap orang beriman terhadap ketentuan Alloh. Jika Alloh menentukan nikmat, maka dia bertahmid dan bersyukur; jika Alloh memberinya musibah, dia bertahmid dan bersabar. Berarti dia mendapat kebaikan dari setia keadaan”. (HR Ahmad bin Hanbal).
Kalau kita memahami hikmah dari tahmid (membaca “Alhamdu lillaah”) sambil syukur dan sabar maka mestinya hidup kita tidak jadi galau dong, karena hidup kita akan selalu diisi oleh Alloh dengan kebaikan.
PERCAYA ADANYA TAKDIR
Tegaknya iman kita dengan percaya pada rukun iman yang enam. Rukun iman yang ke-enam adalah percaya adanya takdir. Tidak percaya dengan adanya takdir bisa membuat seseorang menjadi kufur. Dan Rasululloh SAW menyabdakan: “Beriman pada takdir bisa menghilangkan kesusahan besar maupun kesusahan kecil”. (HR al-Hakim).
Atau sebagaimana nasehat seorang shahabat Nabi yang bernama ‘Ubadah bin Shamit: “Engkau tidak akan merasakan manisnya iman sampai engkau yakin bahwa apa yang telah ditakdirkan untukmu itu tidak akan luputdarimu dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu maka tidak akan terjadi padamu”. (HR Abu Dawud).
BERPRASANGKA BAIK DAN SABAR
Dalam suatu hadits qudsi Alloh berfirman: “Aku berada pada persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku”. (HR Muslim). Dalam memilih antara berprasangka jelek (su-uzhzhon) dan berprasangka baik (husnuzhzhon) maka akal sehat akan membawa kita pada husnuzhzhon. Hadapilah hidup ini dengan optimistis, jangan selalu pesimistis karena akan membuat hidup kita jadi galau.
Ibarat kalau sekarang ini musim kemarau, buat apa kita selalu galau mengkhawatirkan jangan-jangan rumah kita kebanjiran. Kalaupun mau galau, jangan hanya sekedar galau tanpa usaha nyata, tapi lebih baik kita bikin tanggul atau kita tinggikan lantai rumah kita. Kalaupun musim hujan datang dan ternyata rumah kita masih kebanjiran juga, berarti kita harus putar otak lagi mencari jalan lain. Karena pada hakekatnya orang sabar itu bukan orang yang pasif menyerah pada takdir, tapi orang sabar itu adalah orang yang menghadapi hidup dengan penuh taktik dan strategi, sebagaimana digambarkan dalam surah al-Anfal ayat 66:
“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia tahu bahwa padamu ada kelemahan, maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus musuh; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu musuh dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Dalam dunia masa sekarang yang semakin tajam tingkat persaingannya, bagaimana kita bisa muncul sebagai pemenang kalau tidak punya planning, management, taktik dan strategi yang mumpuni. Dan itulah tandanya orang yang sabar, seraya kepada Alloh-lah tempat kita bertawakal.
Walloohul-musta’aan walaa haula walaa quwwata illaa billaah.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.