Surabaya (16/3). Akibat pandemi Covid-19, santri dan guru tahfid se-daerah Surabaya Utara mengadakan pertemuan secara online. Acara tersebut dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi zoom dan plumble pada Minggu (14/3). Diikuti oleh seluruh santri tahfidz dan orang tua yang ada 4 Studio mini di masing-masing PC LDII Surabaya Utara, yaitu PC Tambaksari, PC Semampir, PC Simokerto dan PC Kenjeran.
Sutomo selaku pengisi nasihat pada acara tersebut mengatakan, “Ini adalah rangka dalam menyiapkan generasi penerus yang sholih dan sholihah,” ujarnya. Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai pedoman hidup. “Ketika Al-qur’an itu menjadi jiwamu, maka ingatlah bahwa Al-qur’an memiliki banyak sekali kefadholan, salah satunya yaitu sebagai penolong dan sebagai pelapor yang di benarkan oleh Allah ketika di akhirat,” tutur Sutomo.
Tidak hanya menjadi pengakuan sebagai pedoman saja, namun orang Islam harus mampu membaca Al-qur’an dan hal itu adalah point utama dalam pembinaan generasi penerus. “Bagaimana pembinaan generasi penerus bisa berjalan dengan lancar, jika para generasi penerusnya tidak bisa membaca Al-qur’an?,” tambah Sutomo.
Sutomo menjelaskan bahwa menjadi Tahfidz Al-qur’an juga sebagai bukti cinta seseorang kepada Allah SWT. Bentuk cinta kepada Allah adalah mencintai apapun yang disenangi oleh Allah dan menjauhi apapun yang dibenci oleh Allah. “Kesempurnaan iman seseorang itu bergantung pada tinggi rendahnya dia cinta kepada Allah. Ketika seseorang mengatakan bahwa dia cinta Allah, tapi ternyata dia masih mengerjakan hal yang dibenci oleh allah, lalu dimanakah letak cinta itu? ,” ujar Sutomo.
Dalam penuturannya Sutomo mengatakan bahwa kekuatan cinta seseorang bisa memberikan power yang dahsyat terhadap sesuatu. “Beban yang terasa berat, akan terasa ringan jika dia dekat dengan Allah dan sebaliknya, beban yang ringan, akan terasa sangat berat jika dia tidak dekat dengan Allah,” tutur Sutomo.
Sutomo juga menambahkan, bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an dijamin pasti orang yang cerdas. “Kalau menghafal Al-Qur’an yang sulit saja bisa, pasti untuk menghafal ilmu keduniaan juga bisa,” sahut Sutomo. Dalam menghafal Al-Qur’an, Sutomo juga berpesan supaya para Tahfidz Al-Qur’an bisa selalu menjaga hafalannya sampai dia mati. “Jangan sampai nanti kalau sudah besar, banyak fikiran, lalu lupa dengan hafalan Al-Qur’annya,” jelas Sutomo. (ysy)
Oleh: Yessy Sy (contributor) / olive (editor)