Bandar Lampung (19/02) – Membangun generasi penerus yang berakhlak mulia, memiliki kepahaman agama yang kuat, dan mandiri merupakan program LDII sepanjang masa. Keluarga memiliki peran strategis dalam melahirkan generasi penerus yang memiliki tri sukses tersebut.
DPW LDII Provinsi Lampung menggelar Workshop Parenting Skill dengan pemateri Dra. Hj. Nana Maznah, M.Psi dari Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII. Kegiatan ini berlangsung di GSG Tanjung Seneng Bandar Lampung (19/02). Ketua DPW LDII Provinsi Lampung Ir H Kusnardi, MSc.Agr saat membuka acara mengungkapkan orang tua perlu diberikan keterampilan dalam mendidik anak. Pendidikan yang berkualitas akan berkolerasi positif dengan nilai profesional religius dari si anak.
Nana mengungkapkan mendidik dan menjadikan anak unggul dimulai dari mendidik generasi penerus dengan menanamkan nilai-nilai keislaman seiring dengan tumbuh kembang jiwa anak. Selanjutnya orangtua perlu memberikan hak-hak dasar anak. Berdasarkan Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1989 orang tua memiliki tugas khusus buat anak didiknya. “Tugas tersebut adalah memberikan nama dan identitas yang baik, memberikan makanan dan minuman yang sehat, menyediakan pendidikan berkualitas, perlindungan dan kasih sayang, rekreasi, kesehatan, bermain serta berpikir, berpendapat dan berkarya,” ujar Nana.
Hadir dalam kegiatan ini Dewan Penasehat LDII Lampung, H Narso S.Sos, M.Si, H. RH Habibullah, S.Pdi dan Drs. Antoni Prawiranegara. Ketua DPW LDII Lampung, Ir H Kusnardi, MSc.Agr dan Sekretaris DPW LDII Lampung Ir Heri Sensustadi. Kegiatan sendiri diikuti oleh istri pengurus DPD dan PC LDII Se-Provinsi Lampung berjumlah 150 peserta.
Nana menceritakan ada Ibu yang sangking sibuknya, akhirnya anak kurang dibimbing dan hanya diberikan tontonan televisi di rumah. Ada kejadian tak biasa, ternyata anak tersebut ketika bermain dan berlari, jalannya tak seimbang. “Alhasil karena minimnya aktivitas, setelah dikonsultasikan pada unit tumbuh kembang anak, otak anak tersebut sudah mengeras. Keseimbangannya berkurang, sehingga interaksi di lapangan kurang baik,” ujar Nana.
Nana juga mengingatkan anak-anak pada dasarnya memiliki karakter egosentris. Ini adalah masa ego, fase anak untuk mengeksplore diri siapa aku. “Jika anak bermain sendiri dan berbicara sendiri. Ini tidak apa-apa, berarti dia sedang mengeksplore dirinya. Anak juga sedang bertualang mengenai dirinya,” jelas pemilik gelar master dibidang psikologi ini.
Berbicara membiasakan anak untuk mengikuti sesuatu, sama halnya dengan memahami fungsi otak. Otak terdiri atas beberapa neuron. Pertama kali mendapatkan rangsangan, mungkin diawal tidak terlalu memahami, namun dengan terus menerus diberikan pelajaran. Otak akan semakin terbiasa dan pada akhirnya sinyal akan semakin cepat diterima. Maka Nana menganjurkan sejak dini, anak sudah ditanamkan dan dibiasakan menjalankan kehidupan islami.
Mengajari Anak Menghormat Orang Tua
Nana mencontohkan seorang anak yang sedang memberikan HP pada orang tua. “Bu, ini bu!,” dengan nada dan cara memperlihatkan barang yang tak sopan. Nana pun melanjutkan dengan mencoba peserta untuk memberi contoh cara memberikan HP yang baik pada orang tua. Maka sebaiknya langsung memberikan contoh, bukan hanya dengan menasehati atau memarahi. Setelah anak mengerti, selanjutnya berikan pujian ringan untuk anak.
Setelah anak berhasil menghormat orang tua, maka orang tua dapat menjadi ladang untuk menggali pahala akhirat sebanyak-banyaknya. “Anak bisa berbakti, menghormat, tidak berkata keras, tidak mencela, dan merawat orang tua ketika orang tua mencapai usia lanjut,” ungkap Nana.
“Gimana sih mengajari syukur pada anak?,” tanya Nana pada peserta.
“Memberikan contoh pada anak,” jawab beberapa peserta. “Contoh seperti apa?’” tanya Nana lagi.
Nana pun memberikan contoh dengan studi kasus saat anak pulang melaporkan mendapatkan nilai 8 pada pelajaran Matematika. Maka sebaiknya dijawab dengan “Alhamdulillah, berarti Allah memberikan kepandaian pada dirimu,” ungkap Nana. Jangan sampai anak datang dengan kabar tersebut, tidak diapresiasi. Berikan apresiasi pada anak dengan memasukan konten keagamaan ajak Nana.
Membangun Keimanan dalam Diri Anak
Membangun bisa juga dalam rangka mengubah prilaku yang belum baik. “Ubahlah dari apa yang dilihat tidak sesuai, menjadi sesuai dengan karakter Quran Hadist,” ungkap Nana.
Mari hadirkan Allah di dada anak. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah “Ayo sholat, Allah sayang dengan anak yang sholat tepat waktu, segala keperluan nanti Allah bantu“ itulah cara menghadirkan Allah sebagai yang MAHA PENOLONG.
“Ada Gunung besar ya, siapa penciptanya ?” Allah MAHA BESAR, bisa menciptakan apapun di bumi ini.
“Kalau ulangan lebih baik mengerjakan sendiri, mungkin Bu Guru tidak tahu, tapi Allah tahu” Menghadirkan Allah MAHA JUJUR.
Orang tua juga perlu memahami betapa pentingnya menanamkan keimanan dalam diri anak. “Hadiah yang paling penting dan abadi. Warisan yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita adalah pengetahuan Islam,” ujar Nana. Langkah selanjutnya adalah mendo’akan anak. Hati-hati terhadap perkataan tutup Nana, dikarenakan perkataan orang tua adalah doa bagi anak (Fredy/LINES).