MAKASSAR – Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan Hidayat Nahwi Rasul mengemukakan, di abad digital saat ini, sisi ketahanan informasi harus diperkuat. Menurutnya, internet telah menjadi media perekrutan teroris, skenario penghilangan budaya, dan bahkan penghilangan geografis wilayah negara. Alasan lain, masyarakat terlalu mudah terprovokasi ajakan menyebar informasi yang justru menjatuhkan negara sendiri.
“Kita terlalu cepat menyebar informasi yang tidak benar. Saya kira, pendidikan ketahanan informasi di dunia maya harus disentuh,” kata Hidayat saat menyampaikan tanggapan dalam acara silaturrahim Panglima Kodam VII Wirabuana dengan insan pers di Balai Manunggal Mini, Kodam VII Wirabuana, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/4/2016).
Selain Hidayat Nahwi Rasul, turut hadir pengurus LDII Sulsel Suyitno Widodo, Ishak Andi Ballado, dan Ilmaddin Husain. Beberapa perwira tinggi Kodam VII Wirabuana juga hadir diantaranya, Kasdam Brigjen TNI Supartodi, Kapendam Kol Inf I Made Sutia, Waaster Letkol Arm Bambang Irawan, dan Wakapendam Letkol Inf Vipy Amuranto.
Hidayat menilai, institusi pers harus memiliki kecerdasan dan keterampilan dalam memperkuat ketahanan informasi. “Berbicara ketahanan informasi, kita berbicara soal kelembagaan. Tentu hubungannya dengan konsep pers dalam mengolah informasi,” kata pakar telekomunikasi ini.
Menurutnya, media mainstream cenderung lebih terpercaya dibanding media online. Sebab, kata Hidayat, di media mainstream ada seleksi dan adanya proses agenda setting. “Maka pendidikan ketahanan informasi di dunia maya harus diperkuat,” ujarnya.
Ihwal ketahanan informasi, ujar Hidayat, komunitas-komunitas online perlu mendapat pembekalan. “Di Makassar ini ada Komunitas Andoid, Komunitas Blackberry, bankan Komunitas Hacker. Bagaimana kita ‘menginsafkan’ hacker agar menjadi pasukan tempur kita,” tutur Presiden Keluarga Hijau Indonesia ini.
Di tempat yang sama, Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengungkapkan, LDII adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang memiliki misi dakwah yang sama dengan institusi pers. “LDII memberikan pencerahan kepada masyarakat,” kata Agus.
Lebih jauh, pangdam menilai, tentara dan pers laiknya bersinergi dalam beberapa hal. “Bersinergi dalam menjaga keutuhan dan kehormatan Bangsa Indonesia. Bersinergi dalam mencerdaskan masyarakat berdasarkan hukum, demokrasi, dan HAM dalam format NKRI,” kata Agus.
Selain itu, kata Agus, tentara dan pers bersinergi terkait kontrol sosial terhadap peran pertahanan negara pada era globalisasi dengan mengedepankan perdamaian, persatuan, dan kesatuan.
Oleh karenanya, ujar Agus, TNI siap bersinergi dengan segenap komponen, termasuk bersinergi dengan media. “Karena pertahanan memegang peranan yang sangat penting, saya ingin mendirikan komunitas wartawan pertahanan. Satu media diwakili oleh satu orang. Adapun pertemuannya satu bulan sekali,” kata Agus.
Silaturrahim jajaran perwira Kodam VII dan wartawan ini juga dihadiri Ketua Komisi Informasi Sulsel Aswar Hasan, Ketua KPID Sulsel Alem Febri Soni, akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar Arkam Azikin, Redaksi Majalah Citra Buana Muh Ruslan, Sekretaris PWI Sulsel, Wapemred Harian Fajar Arsyad Hakim, dan Pimpinan UPT KKN Universitas Hasanuddin. Turut hadir jurnalis media cetak, elektronik, dan online yang ada di Makassar. /** (Lucky Vic)