Jakarta (22/6). Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Spesialis Ginekologi Prof. Yusrawati mengungkapkan, setiap perempuan harus mendeteksi dini penyakit reproduksi. Ia menyampaikan hal itu pada Webinar Kesehatan Reproduksi Perempuan yang digelar Forum Komunikasi Kesehatan Islam Indonesia (FKKI) secara daring pada Sabtu (22/7).
“Penyakit yang menyerang sistem reproduksi perempuan, seperti kanker mulut rahim dan ovarium dapat menyerang setiap perempuan tanpa terkecuali,” ujar Yusrawati. Ia menjelaskan lebih jauh, selain dua kanker tersebut, juga ada kanker payudara yang sangat mematikan.
Menurut Data Kementerian Kesehatan tahun 2018 kanker payudara merupakan pembunuh nomor satu para perempuan di Indonesia. Disusul dengan kanker mulut rahim lalu kanker ovarium. Penyebabnya, menurut Yusrawati, adalah faktor lingkungan, perilaku yang tidak sehat, dan genetik.
Faktor lingkungan seperti polusi, asap, virus, dan radiasi. Sedangkan faktor perilaku yang tidak sehat didapat dari diet kurang seimbang, karbohidrat yang berlebihan, kurangnya konsumsi buah dan sayur serta kurang olahraga. “Menjaga kesehatan dan melakukan deteksi dini secara berkala merupakan bentuk ikhiar kita untuk terhindar dari keganasan penyakit kanker, deteksi dini dapat dilakukan sendiri maupun di puskesmas setempat,” ujarnya.
Wanita Indonesia karena itu perlu skrining terutama organ tubuh reproduksi, seperti mulut rahim. “Skrining itu sebagai tindak pencegahan atau penanganan meski penyakit itu tidak memiliki gejala,” kata Yusrawati.
Pencegahan virus, kata Yusrawati selain deteksi dini, perempuan perlu imunisasi atau vaksin. Sekitar 90 persen kanker serviks atau kanker mulut rahim disebabkan virus HPV (Human Papillomavirus) dengan tipe onkogenik (penyebab kanker akut). Yang memiliki faktor resiko kanker tersebut seperti pernikahan muda, infeksi menular seksual, mitra seksual multiple, kekurangan vitamin, dan merokok.
Terkait penyakit reproduksi, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Prof. Siti Maisuri Tadjuddin Chalid, juga mengungkapkan kanker menjadikan kehamilan yang beresiko. Lebih dari 50 persen ibu hamil di Indonesia memiliki masalah dari awal kehamilan, kehamilan tidak sehat dan berisiko.
“Hal itu terjadi karena 32 persen remaja mengalami anemia, jadi sebenarnya risiko kehamilan dapat diminimalkan jika sejak remaja sudah menjaga kesehatan dengan baik,” ungkap Siti Maisuri.
Ia menjelaskan, anemia pada remaja kerap terjadi karena tiap bulan menstruasi yang tidak terkontrol dengan baik. Gejalanya seperti kuantitas darah haid yang tidak menentu tiap bulan sehingga periode haid tidak teratur. “Jika gejala tersebut muncul saat menstruasi seharusnya segera diperiksakan dan diobati. Masalah lainnya seperti hipertensi dan obesitas juga perlu ditangani agar meminimalisir resiko kehamilan,” katanya.
Karena itu, selain pencegahan resiko kehamilan dimulai sejak remaja, pencegahan untuk tidak hamil di usia dibawah 20 tahun dan terlalu tua diatas 35 tahun perlu dipertimbangkan. Kehamilan jarak dekat dan kehamilan sebelumnya yang memerlukan tindakan operasi juga termasuk hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi kehamilan risiko tinggi. (Nabil)